Senin, 21 November 2016

Kepemimpinan Formal dan Nonformal



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, hal ini tentunya sesuai dengan surat Al Baqarah ayat 30 yang artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”.
Dari penjelasan tersebut di atas tentunya Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia tersebut dapat menjadi kalifah di muka bumi ini. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan untuk menjadi penguasa/pemimipin yang mengatur apa-apa yang ada di bumi.
Manusia juga merupakan makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengharuskan manusia harus selalu berinteraksi dan saling bergantung antara satu sama lain untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Dari hubungan (interaksi) tersebut
tentunya akan lahir sebuah pengukuhan, baik secara resmi (dalam hal ini kelembagaan formal) maupun secara kekerabatan/kemasyarakatan yang didalamnya terbangun saling keterkaitan dan membutuhkan antara satu sama lainnya sehingga secara sederhana kita dapat mendefinisikan hal itu dengan sebutan berorganisasi. Menurut Aristoteles Manusia sebagai insan politik atau dalam istilah yang lebih populer manusia sebagai zoon politicon, mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis dan memiliki tujuan yang jelas. (dikutip dari makalah Galang Dea Alfarisi : 2014)
            Organisasi merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia. Manusia dapat dikatakan sebagai makhluk organisasional karena sejak lahir manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Organisasi dibentuk untuk kepentingan manusia sehingga manusia harus bisa memanfaatkan organisasi untuk mencapai kepentingannya.
            Dalam hal ini ada beberapa macam organisasi, diantaranya ada organisasi formal yang berarti organisasi yang secara sengaja dibentuk oleh seseorang atau sekelompok orang dan mempunyai aturan-aturan yang terturis dan tidak tertulis dalam aktivitasnya, dan organisasi nonformal yaitu organisasi yang tidak direncanakan dan biasanya berlangsung tanpa adanya kesengajaan atau hal-hal yang bersifat formal. Organisasi formal adalah suatu satuan kerja yang dibentuk atau disusun secara resmi (Ernie Tisnawati Sule, 2005:282). Dengan kata lain
 “organisasi formal adalah suatu satuan kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau ditentukan oleh pihak yang berwenang (Mahjosumidjo, 2002:134).
            Organisasi dapat kita ibaratkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan dalam organisasi tersebut tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki tugas dan peran dalam membawa organisasi tersebut (formal maupun nonformal) menuju tujuan yang diharapkan. Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, 23)
            Dari penjelasan di atas maka dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas tentang apa itu kepemimpinan formal dan kepemimpinan nonformal. Meskipun belum mengupas secara lengkap, namun semoga apa yang penulis berikan dapat memberikan pengetahuan baru dan manfaat bagi pembaca.

B. Perumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2.      Apa yang dimaksud dengan pemimpin formal?
3.      Apa yang dimaksud dengan pemimpin nonformal?
4.      Apa perbedaan antara pemimpin formal dan nonformal?




C. Tujuan Penulisan
            Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui arti kepemimpinan
2.      Untuk mengetahui arti dari pemimpin formal.
3.      Untuk mengetahui arti dari pemimpin nonformal.
4.      Untuk mengetahui perbedaan antara pemimpin formal dan nonformal.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah objek kajian  yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Istilah kepemimpinan sering digunakan dalam mengkonotasikan sebuah citra individu yang kuat dan dinamis bagi orang – orang yang berhasil memimpin di sebuah bidang, baik bidang kemiliteran, perusahaan atau memimpin sebuah negara. Jika kita meninjau perjalanan sejarah, Indonesia misalnya maka akan banyak kita temui peran – peran pemimpin dalam perjalanan sejarahnya. Baik itu peran sebagai orang yang dianggap berjasa, maupun perannya sebagai orang yang dipersalahkan dalam sebuah peristiwa penting dalam sejarah. Ada banyak defenisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar kepemimpinan. Misalnya saja Gardner (1990) mendefenisikan “leadership is the process of persuasion or example by which an individual (or leadership team) induces a group to pursue objectives held by the leader or shared by the leader and his followers”. Dalam hal ini gardner menjadikan proses persuasive dan keteladanan menjadi kunci dari sebuah kepemimpinan. Sementara Gary Yukl (2010) mengemukakan defenisi kepemimpinan sebagai berikut “ leadership is the process of influencing others to understand and agree about what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective effortsto accomplish share objectives
Sedangkan menurut Tannebaum dkk (1961) bahwa kepemimpinan adalah pengaruh komunikasi langsung antar pribadi dalam situasi tertentu untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Sedangkan menurut Shared Goal dkk (1957) bahwa kepeminpinan adalah sikap pribadi yang ditampilkan oleh seseorang dalam memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan merupakan bentuk diri (sikap) yang memiliki pengaruh terhadap aktivitas yang dilakukannya sehingga orang yang diaturnya (bawahan) dapat memahami dalam kaitannya mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan tentunya berbeda dengan manajemen, menurut wikipedia bahwa manajemen berasal dari bahasa Prancis Kuno menagement yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dari pemahaman tersebut jelas bahwa manjemen mengedepankan pada seni (taste) yang memungkinkan orang untuk bertindak sedangkan kepemimpinan mengedepankan pada pengaruh yang memotivasi orang untuk bertindak.
Dari beberapa penjelasan kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah sikap pribadi yang kuat, dinamis dan memiliki pengaruh yang luas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.



B.     Pemimpin Formal
Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Pola kepemimpinan formal terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur hirarki dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang “sebenarnya” oleh bawahan. Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya akan terlihat dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut sekaligus menjadi kepemimpinan nyata. Kepemimpinan formal sering juga disebut dengan istilah headship.
Pemimpin formal adalah pemimpin yang dipilih melalui mekanisme organisasi yang formal. Keberadaan pemimpin formal biasanya diangkat secara resmi dalam jabatan kepemimpinan, diatur dalam organisasi yang memiliki aturan dasar, tergambar dalam suatu bagan struktur organisasi. Pemimpin formal memiliki legitimasi yang jelas dan berstatus resmi dengan batas-batas kewenangan tertentu. Dengan kata lain pemimpin formal adalah orang yang menjadi pemimpin karena legalitasnya. Misalnya, karena ia terpilih secara sah melalui pemilu atau kongres atau muktamar atau kegiatan pemilihan lain. yang bersangkutan telah memenuhi semua peraturan yang ada. Pemimpin formal sering dikenal dengan sebutan kepala.
Pemimpin formal pada umunya berada pada lembaga formal juga, dan keputusan pengangkatannya sebagai pemimpin berdasarkan surat keputusan yang formal. Seorang pemimpin formal bisa saja hanyalah seorang kepala yang memiliki wewenang sah berdasarkan ketentuan formal untuk mengelola anggotanya atau dalam organisasi memiliki wewenang untuk membawahi dan memberi perintah pada bawahannya.
Ciri-ciri pemimpin formal antara lain :
1)      Berstatus sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada legitimitas).
2)      Sebelum pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih dahulu.
3)      Ia diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya. Karena itu dia selalu memiliki atasan/superiors.
4)      Dia mendapatkan balas jasa materiil dan immaterial tertentu, serta emolument (keuntungan ekstra, penghasilan sampingan) lainnya.
5)      Dia bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal, dan dapat dimutasikan.
6)      Apabila dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan dikenai sanksi dan hukuman.
Menurut Dr. Nanang Fattah (2006 : 88) bahwa pemimpin formal adalah pemimpin yang bersandar pada wewenang formal. Wewenang tersebut berasal dari lembaga/instansi yang memberikan kekuasaan secara legal dan diakui keberadaannya, sehingga bawahan dalam hal ini menerima atau tidak menerima harus mengikutinya.
Selama menjabat kepemimpinan, dia diberi kekuasaan dan wewenang, antara lain untuk: menentukan policy, memberikan motivasi kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk, mengalokasikan jabatan dan penempatan bawahannya; melakukan komunikasi, mengadakan supervisi dan control, menetapkan sasaran organisasi, dan mengambil keputusan-keputusan penting lainnya. Contoh dari pemimpin formal antara lain adalah : Kepala Dinas Pendidikan, Rektor, dan Kepala Sekolah.

C.    Pemimpin Nonformal
Pemimpin nonformal ialah, orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.




Ciri-ciri pemimpin nonformal antara lain ialah:
1)      Tidak memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin.
2)      Kelompok rakyat atau masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai pemimpin. Status kepemimpinannya berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih mau mengakui dan menerima pribadinya.
3)      Dia tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
4)      Biasanya tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau imbalan jasa itu diberikan secara sukarela.
5)      Tidak dapat dimutasikan, tidak pernah mencapai promosi, dan tidak memiliki atasan. Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu.
6)      Apabila dia melakukan kesalahan, dia tidak dapat dihukum; hanya saja respek orang terhadap dirinya jadi berkurang, pribadinya tidak diakui, atau dia ditinggalkan oleh massanya.
Pengaruh pemimpin-pemimpin nonformal ini mempunyai segi positif, namun juga ada segi negatif sifatnya; demikian pula peranan sosialnya di tengah masyarakat. Peranan sosialnya dalam memberikan pengaruh berupa sugesti, larangan, dan dukungan kepada masyarakat luas untuk menggerakan atau berbuat sesuatu. Besarnya peranan itu tergantung pada besar-kecilnya dampak sosial yang disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi-rendahnya status sosial yang diperolehnya. Dan status sosial ini pada umumnya dicapai karena beberapa faktor di bawah ini:
a)      Keturunan; misalnya keturunan bangsawan (darah biru), pendeta “linuwih”, keluarga kaya raya, rakyat jelata, dan lain-lain.
b)      Karena ia memiliki kekayaan berlimpah-ruah yang dicapainya sendiri.
c)      Taraf pendidikan yang lebih tinggi dibanding dengan orang lain.
d)     Pengalaman hidup yang lebih banyak, sehingga dia memiliki kualitas dan keterampilan teknis tertentu.
e)      Memiliki sifat-sifat karismatik dan ciri-ciri herediter (menurun secara genetik) unggul lainnya.
f)       Jasa-jasa yang telah diberikan kepada masyarakat. Jadi ada partisipasi sosial yang tinggi, dan fungsinya dapat mempengaruhi serta menggerakan massa rakyat (function utility).

D.    Perbedaan Pemimpin Formal dan Nonformal
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa baik pemimpin formal maupun yang nonformal itu dapat menduduki jabatan kepemimpinannya disebabkan oleh faktor-faktor di bawah ini:
1)      Penunjukan dan penetapan dari atasan.
2)      Karena warisan kedudukan yang berlangsung turun-temurun.
3)      Karena dipilih oleh pengikut dan para pendukungnya.
4)      Karena pengakuan tidak resmi dari bawahan.
5)      Karena kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi.
6)      Karena tuntutan situasi – kondisi atau kebutuhan zaman.
Adapun perbedaan kualifikasi pemimpin formal dengan pemimpin nonformal antara lain :
1.      Pemimpin formal harus memiliki kemampuan manajerial untuk menjalankan tugasnya sedang pemimpin nonformal tidak begitu dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial. Hal ini dikarenakan perbedaan wilayah kerja dan wewenang masing-masing yang jelas berbeda.
2.      Pemimpin formal dituntut untuk menyelesaikan pencapaian target organisasi/lembaga yang mengangkatnya sehingga harus merencanakan, mengatur, melaksanakan dan mengontrol kerja-kerja organisasi sedang pemimpin nonformal tidak ada tuntutan untuk memenuhi target-taret tertentu karena ia tidak diangkat oleh institusi tertentu.
3.      Pemimpin formal disyaratkan memiliki kualifikasi pendidikan formal sampai batas tertentu, misalnya untuk bisa menjadi kepala sekolah minimal berpendidikan S1, untuk menjadi pimpinan parpol minimal berijasah SM4 dan seterusnya. Berbeda dengan pemimpin nonformal yang tidak ada syarat akademik. Karena pemimpin nonformal diangkat secara alamiah oleh masyarakat karena kepercayaan masyarakat terhadapnya.
4.      Pemimpin formal harus menguasai pengetahuan khusus ataupun keterampilan teknis sesuai bidang yang dipimpinnya, sebagai contoh seorang kepala dinas pertanian dia harus memiliki pengetahuan tentang pertanian, kepala sekolah harus memiliki keterampilan membuat perangkat pembelajaran dan seterusnya. Sedangkan pemimpin nonformal dia tidak ada tuntutan untuk menguasai pengetahuan khusus. Jika ia memiliki itu bukan sebagai persyaratan sebelum menjadi pemimpin nonformal.
5.      Pemimpin formal dituntut untuk berpenampilan baik, misalnya harus berdasi, berseragam, dan memakai atribut tertentu. Hal ini sangat berlawanan dengan pemimpin nonformal yang tidak mengutamakan penampilan. Tidak semua pemimpin formal memiliki kewibawaan yang membuat segan anak buahnya karena pemimpin formal diangkat berdasarkan kriteria organisasi/lembaga bukan karena wibawanya di hadapan anggota. Hal inilah yang menyebabkan banyak pemimpin formal yang diturunkan paksa oleh anggotanya bahkan dengan kekerasan. Hal serupa sangat jarang terjadi pada pemimpin nonformal, karena keberadaan pemimpin nonformal adalah muncul dari suara masyarakat yang menghendaki tampilnya sosok pemimpin yang menjadi panutan mereka. Orang yang menjadi pemimpin nonformal biasanya memiliki wibawa dan kharisma atau daya tarik yang tinggi di hadapan pengikutnya
Secara terperinci perbedaan pemimpin formal dan nonformal adalah sebagai berikut :
NO
KRITERIA
PEMIMPIN FORMAL
PEMIMPIN NONFORMAL
1
Kemampuan manajerial
Harus memiliki (mampu menjalankan fungsi manajemen)
Menjalankan dalam batas tertentu
2
Berpendidikan formal
disyaratkan
Tidak disyaratkan
3
Kemampuan khusus/Ketrampilan teknis
Dituntut untuk memiliki
Tidak harus memiliki
4
Penampilan baik
Dituntut untuk berpenampilan baik
Tidak mengutamakan penampilan
5
Senang bekerja sama
Harus bisa bekerja sama dengan tim
Menjalankan fungsi kepemimpinan sendiri
6
Kharisma
Tidak semua memiliki
Memmiliki kharisma tinggi
7
Konsistensi
Kondisional
Kebanyakan konsisten dengan prinsip-prinsip yang diperjuangkan
8
Mengutamakan kepentingan umum
Situasional
Memperjuangkan kepentingan umum
9
Berakhlak mulia
Normatif
Substantif


BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin lebih mengarah kepada orang, dimana orang tersebut mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi sekelompok orang untuk melakukan apa yang dia lakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan kepemimpinan lebih mengarah kepada perilaku yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi dan memotivasi sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pemimpin formal ialah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Pemimpin nonformal ialah, orang yang tidak mendapatkan pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.




DAFTAR PUSTAKA

Ernie Tisnawati Sule. Pengantar Manajemen, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm. 282.
 Mahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 134.
http://ismasaparni.blogspot.co.id/2015/09/kepemimpinan-formal-dan-informal.html
https://teguhsantoso06.wordpress.com/2012/06/06/kepemimpinan-leadership/
Deddy Mulyana, 2005. Komunikasi Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Penerbit PT Remaja Rosdakarya : Bandung.
            https://www.academia.edu/12312788/Perbedaan Kualifikasi Pemimpin Formal dan sosial
            Nanang Fatah, 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Penerbit PT Remaja Rosdakarya : Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar