BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah
untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, hal ini tentunya sesuai dengan surat
Al Baqarah ayat 30 yang artinya:
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”.
Dari penjelasan tersebut di atas tentunya Allah
SWT menciptakan manusia di muka bumi agar manusia tersebut dapat menjadi kalifah di
muka bumi ini. Yang dimaksud dengan khalifah ialah bahwa manusia diciptakan
untuk menjadi penguasa/pemimipin
yang mengatur apa-apa yang ada di bumi.
Manusia juga merupakan makhluk sosial yang mempunyai kebutuhan
antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini mengharuskan manusia harus
selalu berinteraksi dan saling bergantung antara satu sama lain untuk mencapai
tujuan yang mereka inginkan. Dari hubungan (interaksi) tersebut
tentunya akan lahir sebuah
pengukuhan, baik secara resmi (dalam hal ini kelembagaan formal) maupun secara
kekerabatan/kemasyarakatan yang didalamnya terbangun saling keterkaitan dan membutuhkan antara satu sama lainnya sehingga secara sederhana kita dapat
mendefinisikan hal itu dengan sebutan berorganisasi. Menurut Aristoteles Manusia sebagai insan politik
atau dalam istilah yang lebih populer
manusia sebagai zoon politicon,
mengandung makna bahwa manusia memiliki kemampuan untuk hidup
berkelompok dengan manusia yang lain dalam suatu organisasi yang teratur, sistematis
dan memiliki tujuan yang jelas. (dikutip dari
makalah Galang Dea Alfarisi : 2014)
Organisasi
merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan manusia. Manusia
dapat dikatakan sebagai makhluk organisasional karena sejak lahir manusia tidak
dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Organisasi dibentuk untuk
kepentingan manusia sehingga manusia harus bisa memanfaatkan organisasi untuk
mencapai kepentingannya.
Dalam
hal ini ada beberapa macam organisasi, diantaranya ada organisasi formal yang
berarti organisasi yang secara sengaja dibentuk oleh seseorang atau sekelompok
orang dan mempunyai aturan-aturan yang terturis dan tidak tertulis dalam
aktivitasnya, dan organisasi nonformal yaitu organisasi yang tidak direncanakan
dan biasanya berlangsung tanpa adanya kesengajaan atau hal-hal yang bersifat
formal. Organisasi
formal adalah suatu satuan kerja yang dibentuk atau disusun secara resmi (Ernie
Tisnawati Sule, 2005:282).
Dengan kata lain
“organisasi formal adalah suatu satuan kerja
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau ditentukan oleh pihak yang
berwenang (Mahjosumidjo, 2002:134).
Organisasi
dapat kita ibaratkan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan dalam
organisasi tersebut tentunya dibutuhkan seorang pemimpin yang memiliki tugas
dan peran dalam membawa organisasi tersebut (formal maupun nonformal) menuju
tujuan yang diharapkan. Pemimpin adalah inti dari manajemen.
Ini berarti bahwa manajemen akan tercapai tujuannya jika ada pemimpin.
Kepemimpinan hanya dapat dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin
adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan
mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama (Panji Anogara, 23)
Dari penjelasan di atas maka dalam makalah ini penulis akan mencoba membahas
tentang apa itu kepemimpinan formal dan kepemimpinan
nonformal. Meskipun belum mengupas secara lengkap, namun semoga apa yang
penulis berikan dapat memberikan pengetahuan baru dan manfaat bagi pembaca.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.
Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan?
2.
Apa
yang dimaksud dengan pemimpin formal?
3.
Apa
yang dimaksud dengan pemimpin nonformal?
4.
Apa perbedaan antara pemimpin formal dan nonformal?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan
penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk mengetahui arti kepemimpinan
2.
Untuk
mengetahui arti dari pemimpin formal.
3.
Untuk
mengetahui arti dari pemimpin nonformal.
4.
Untuk mengetahui perbedaan antara pemimpin formal dan nonformal.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah objek kajian
yang telah lama menarik perhatian banyak orang. Istilah kepemimpinan
sering digunakan dalam mengkonotasikan sebuah citra individu yang kuat dan
dinamis bagi orang – orang yang berhasil memimpin di sebuah bidang, baik bidang
kemiliteran, perusahaan atau memimpin sebuah negara. Jika kita meninjau
perjalanan sejarah, Indonesia misalnya maka akan banyak kita temui peran –
peran pemimpin dalam perjalanan sejarahnya. Baik itu peran sebagai orang yang
dianggap berjasa, maupun perannya sebagai orang yang dipersalahkan dalam sebuah
peristiwa penting dalam sejarah. Ada banyak
defenisi mengenai kepemimpinan yang dikemukakan oleh para pakar kepemimpinan.
Misalnya saja Gardner (1990) mendefenisikan “leadership is the process of persuasion or example by which an
individual (or leadership team) induces a group to pursue objectives held by
the leader or shared by the leader and his followers”. Dalam hal ini
gardner menjadikan proses persuasive dan keteladanan menjadi kunci dari sebuah
kepemimpinan. Sementara Gary Yukl (2010) mengemukakan defenisi kepemimpinan
sebagai berikut “ leadership is the
process of influencing others to understand and agree about what needs to be
done and how to do it, and the process of facilitating individual and
collective effortsto accomplish share objectives”
Sedangkan menurut Tannebaum dkk (1961) bahwa kepemimpinan adalah pengaruh
komunikasi langsung antar pribadi dalam situasi tertentu untuk mencapai satu
atau beberapa tujuan tertentu. Sedangkan menurut Shared Goal dkk (1957) bahwa
kepeminpinan adalah sikap pribadi yang ditampilkan oleh seseorang dalam
memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kepemimpinan merupakan bentuk diri (sikap) yang memiliki pengaruh terhadap
aktivitas yang dilakukannya sehingga orang yang diaturnya (bawahan) dapat
memahami dalam kaitannya mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan tentunya berbeda
dengan manajemen, menurut wikipedia bahwa manajemen berasal dari bahasa Prancis
Kuno menagement yang artinya seni
melaksanakan dan mengatur. Sedangkan kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi
suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Dari pemahaman tersebut jelas bahwa
manjemen mengedepankan pada seni (taste) yang memungkinkan orang untuk
bertindak sedangkan kepemimpinan mengedepankan pada pengaruh yang memotivasi
orang untuk bertindak.
Dari beberapa penjelasan kepemimpinan di atas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah sikap pribadi yang kuat, dinamis dan memiliki pengaruh yang
luas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
B. Pemimpin Formal
Pemimpin formal ialah orang yang oleh
organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan
dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi,
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai
sasaran organisasi.
Pola
kepemimpinan formal terlihat pada berbagai ketentuan yang mengatur hirarki
dalam suatu organisasi. Kepemimpinan formal tidak secara otomatis merupakan
jaminan akan diterima menjadi kepemimpinan yang “sebenarnya” oleh bawahan.
Penerimaan atas pimpinan formal masih harus diuji dalam praktek yang hasilnya
akan terlihat dalam kehidupan organisasi apakah kepemimpinan formal tersebut
sekaligus menjadi kepemimpinan nyata. Kepemimpinan formal sering juga disebut
dengan istilah headship.
Pemimpin formal adalah pemimpin yang dipilih melalui
mekanisme organisasi yang formal. Keberadaan pemimpin formal biasanya diangkat
secara resmi dalam jabatan kepemimpinan, diatur dalam organisasi yang memiliki
aturan dasar, tergambar dalam suatu bagan struktur organisasi. Pemimpin formal
memiliki legitimasi yang jelas dan berstatus resmi dengan batas-batas
kewenangan tertentu. Dengan kata lain pemimpin formal adalah orang yang menjadi
pemimpin karena legalitasnya. Misalnya, karena ia terpilih secara sah melalui
pemilu atau kongres atau muktamar atau kegiatan pemilihan lain. yang
bersangkutan telah memenuhi semua peraturan yang ada. Pemimpin formal sering
dikenal dengan sebutan kepala.
Pemimpin formal pada umunya berada pada lembaga formal
juga, dan keputusan pengangkatannya sebagai pemimpin berdasarkan surat
keputusan yang formal. Seorang pemimpin formal bisa saja hanyalah seorang
kepala yang memiliki wewenang sah berdasarkan ketentuan formal untuk mengelola
anggotanya atau dalam organisasi memiliki wewenang untuk membawahi dan memberi
perintah pada bawahannya.
Ciri-ciri pemimpin formal antara lain :
1) Berstatus
sebagai pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar legalitas
formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada legitimitas).
2) Sebelum
pengangkatannya, dia harus memenuhi beberapa persyaratan formal terlebih
dahulu.
3) Ia
diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas kewajibannya.
Karena itu dia selalu memiliki atasan/superiors.
4) Dia
mendapatkan balas jasa materiil dan immaterial tertentu, serta emolument
(keuntungan ekstra, penghasilan sampingan) lainnya.
5) Dia
bisa mencapai promosi atau kenaikan pangkat formal, dan dapat dimutasikan.
6) Apabila
dia melakukan kesalahan-kesalahan, dia akan dikenai sanksi dan hukuman.
Menurut Dr. Nanang Fattah (2006 : 88) bahwa pemimpin
formal adalah pemimpin yang bersandar pada wewenang formal. Wewenang tersebut
berasal dari lembaga/instansi yang memberikan kekuasaan secara legal dan diakui
keberadaannya, sehingga bawahan dalam hal ini menerima atau tidak menerima
harus mengikutinya.
Selama menjabat kepemimpinan, dia diberi kekuasaan dan
wewenang, antara lain untuk: menentukan policy, memberikan motivasi kerja
kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk, mengalokasikan jabatan dan penempatan
bawahannya; melakukan komunikasi, mengadakan supervisi dan control, menetapkan
sasaran organisasi, dan mengambil keputusan-keputusan penting lainnya. Contoh dari pemimpin
formal antara lain adalah : Kepala Dinas Pendidikan, Rektor, dan Kepala Sekolah.
C.
Pemimpin
Nonformal
Pemimpin nonformal ialah, orang yang tidak mendapatkan
pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah
kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi
kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Ciri-ciri pemimpin nonformal antara lain ialah:
1) Tidak
memiliki penunjukan formal atau legitimitas sebagai pemimpin.
2) Kelompok
rakyat atau masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai pemimpin.
Status kepemimpinannya berlangsung selama kelompok yang bersangkutan masih mau
mengakui dan menerima pribadinya.
3) Dia
tidak mendapatkan dukungan dari suatu organisasi formal dalam menjalankan tugas
kepemimpinannya.
4) Biasanya
tidak mendapatkan imbalan balas jasa, atau imbalan jasa itu diberikan secara
sukarela.
5) Tidak
dapat dimutasikan, tidak pernah mencapai promosi, dan tidak memiliki atasan.
Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal tertentu.
6) Apabila
dia melakukan kesalahan, dia tidak dapat dihukum; hanya saja respek orang
terhadap dirinya jadi berkurang, pribadinya tidak diakui, atau dia ditinggalkan
oleh massanya.
Pengaruh pemimpin-pemimpin nonformal ini mempunyai
segi positif, namun juga ada segi negatif sifatnya; demikian pula peranan
sosialnya di tengah masyarakat. Peranan sosialnya dalam memberikan pengaruh
berupa sugesti, larangan, dan dukungan kepada masyarakat luas untuk menggerakan
atau berbuat sesuatu. Besarnya peranan itu tergantung pada besar-kecilnya
dampak sosial yang disebabkan oleh kepemimpinannya, serta tinggi-rendahnya
status sosial yang diperolehnya. Dan status sosial ini pada umumnya dicapai
karena beberapa faktor di bawah ini:
a) Keturunan;
misalnya keturunan bangsawan (darah biru), pendeta “linuwih”, keluarga kaya
raya, rakyat jelata, dan lain-lain.
b) Karena
ia memiliki kekayaan berlimpah-ruah yang dicapainya sendiri.
c) Taraf
pendidikan yang lebih tinggi dibanding dengan orang lain.
d) Pengalaman
hidup yang lebih banyak, sehingga dia memiliki kualitas dan keterampilan teknis
tertentu.
e) Memiliki
sifat-sifat karismatik dan ciri-ciri herediter (menurun secara genetik) unggul
lainnya.
f) Jasa-jasa
yang telah diberikan kepada masyarakat. Jadi ada partisipasi sosial yang
tinggi, dan fungsinya dapat mempengaruhi serta menggerakan massa rakyat
(function utility).
D.
Perbedaan Pemimpin
Formal dan Nonformal
Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa baik pemimpin
formal maupun yang nonformal itu dapat menduduki jabatan kepemimpinannya
disebabkan oleh faktor-faktor di bawah ini:
1) Penunjukan
dan penetapan dari atasan.
2) Karena
warisan kedudukan yang berlangsung turun-temurun.
3) Karena
dipilih oleh pengikut dan para pendukungnya.
4) Karena
pengakuan tidak resmi dari bawahan.
5) Karena
kelebihannya memiliki beberapa kualitas pribadi.
6) Karena
tuntutan situasi – kondisi atau kebutuhan zaman.
Adapun perbedaan kualifikasi pemimpin formal dengan
pemimpin nonformal antara lain :
1.
Pemimpin formal harus
memiliki kemampuan manajerial untuk menjalankan tugasnya sedang pemimpin
nonformal tidak begitu dituntut untuk memiliki kemampuan manajerial. Hal ini
dikarenakan perbedaan wilayah kerja dan wewenang masing-masing yang jelas
berbeda.
2.
Pemimpin formal
dituntut untuk menyelesaikan pencapaian target organisasi/lembaga yang
mengangkatnya sehingga harus merencanakan, mengatur, melaksanakan dan
mengontrol kerja-kerja organisasi sedang pemimpin nonformal tidak ada tuntutan
untuk memenuhi target-taret tertentu karena ia tidak diangkat oleh institusi
tertentu.
3.
Pemimpin formal
disyaratkan memiliki kualifikasi pendidikan formal sampai batas tertentu,
misalnya untuk bisa menjadi kepala sekolah minimal berpendidikan S1, untuk
menjadi pimpinan parpol minimal berijasah SM4 dan seterusnya. Berbeda dengan
pemimpin nonformal yang tidak ada syarat akademik. Karena pemimpin nonformal
diangkat secara alamiah oleh masyarakat karena kepercayaan masyarakat
terhadapnya.
4.
Pemimpin formal harus
menguasai pengetahuan khusus ataupun keterampilan teknis sesuai bidang yang
dipimpinnya, sebagai contoh seorang kepala dinas pertanian dia harus memiliki
pengetahuan tentang pertanian, kepala sekolah harus memiliki keterampilan
membuat perangkat pembelajaran dan seterusnya. Sedangkan pemimpin nonformal dia
tidak ada tuntutan untuk menguasai pengetahuan khusus. Jika ia memiliki itu
bukan sebagai persyaratan sebelum menjadi pemimpin nonformal.
5.
Pemimpin formal
dituntut untuk berpenampilan baik, misalnya harus berdasi, berseragam, dan
memakai atribut tertentu. Hal ini sangat berlawanan dengan pemimpin nonformal
yang tidak mengutamakan penampilan. Tidak semua pemimpin formal memiliki
kewibawaan yang membuat segan anak buahnya karena pemimpin formal diangkat
berdasarkan kriteria organisasi/lembaga bukan karena wibawanya di hadapan
anggota. Hal inilah yang menyebabkan banyak pemimpin formal yang diturunkan
paksa oleh anggotanya bahkan dengan kekerasan. Hal serupa sangat jarang terjadi
pada pemimpin nonformal, karena keberadaan pemimpin nonformal adalah muncul
dari suara masyarakat yang menghendaki tampilnya sosok pemimpin yang menjadi
panutan mereka. Orang yang menjadi pemimpin nonformal biasanya memiliki wibawa
dan kharisma atau daya tarik yang tinggi di hadapan pengikutnya
Secara terperinci perbedaan pemimpin formal dan nonformal
adalah sebagai berikut :
NO
|
KRITERIA
|
PEMIMPIN FORMAL
|
PEMIMPIN NONFORMAL
|
1
|
Kemampuan manajerial
|
Harus memiliki
(mampu menjalankan fungsi manajemen)
|
Menjalankan dalam
batas tertentu
|
2
|
Berpendidikan
formal
|
disyaratkan
|
Tidak disyaratkan
|
3
|
Kemampuan
khusus/Ketrampilan teknis
|
Dituntut untuk memiliki
|
Tidak harus
memiliki
|
4
|
Penampilan baik
|
Dituntut untuk
berpenampilan baik
|
Tidak mengutamakan
penampilan
|
5
|
Senang bekerja sama
|
Harus bisa bekerja
sama dengan tim
|
Menjalankan fungsi
kepemimpinan sendiri
|
6
|
Kharisma
|
Tidak semua
memiliki
|
Memmiliki kharisma
tinggi
|
7
|
Konsistensi
|
Kondisional
|
Kebanyakan
konsisten dengan prinsip-prinsip yang diperjuangkan
|
8
|
Mengutamakan kepentingan umum
|
Situasional
|
Memperjuangkan kepentingan umum
|
9
|
Berakhlak mulia
|
Normatif
|
Substantif
|
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas
dapat disimpulkan bahwa pemimpin lebih mengarah kepada orang, dimana orang
tersebut mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan memotivasi sekelompok orang
untuk melakukan apa yang dia lakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Sedangkan kepemimpinan lebih mengarah kepada perilaku yang dimiliki seseorang
untuk mempengaruhi dan memotivasi sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pemimpin formal ialah orang yang oleh
organisasi/lembaga tertentu ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan
dan pengangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi,
dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai
sasaran organisasi.
Pemimpin nonformal ialah, orang yang tidak mendapatkan
pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah
kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu mempengaruhi
kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Ernie Tisnawati Sule. Pengantar
Manajemen, (Jakarta : Kencana, 2005), hlm. 282.
Mahjosumidjo. Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta
: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 134.
http://ismasaparni.blogspot.co.id/2015/09/kepemimpinan-formal-dan-informal.html
https://teguhsantoso06.wordpress.com/2012/06/06/kepemimpinan-leadership/
Deddy Mulyana, 2005. Komunikasi
Efektif : Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Penerbit PT Remaja Rosdakarya :
Bandung.
https://www.academia.edu/12312788/Perbedaan Kualifikasi Pemimpin Formal dan
sosial
Nanang
Fatah, 2006. Landasan Manajemen Pendidikan. Penerbit PT Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar